Tokopedia menegaskan pihaknya tidak pernah memperjualbelikan data penggunanya. Senior Vice President of Engineering Tokopedia, Herman Widjaja juga mengatakan sistem keamanan layanan ecommerce yang digunakan mumpuni untuk menjaga data pribadi pengguna.
Sistem keamanan di Tokopedia juga terus menerus diperkuat untuk melawan berbagai modus serangan siber yang terus menerus berkembang.
"Data pelanggan paling penting buat kita. Jadi kerahasiaan data itu sangat penting, kita tidak menjual data pelanggan. Itu juga pasti," ujar Herman saat jumpa pers di Kantor Tokopedia, Jakarta Selatan, Kamis (30/1).
Dalam pidato 16 Agustus dan peresmian Palapa Ring Oktober lalu, Jokowi secara khusus menyinggung soal data pribadi. Menurutnya, data merupakan komoditas atau jenis kekayaan yang baru atau 'the new oil' dan perlu dijaga kedaulatannya.
Bagi Jokowi perusahaan asing sudah mempelajari pola hidup atau perilaku bangsa Indonesia melalui data yang ada.
Di sisi lain, Tokopedia akan menyerahkan data ke pihak berwenang apabila dibutuhkan untuk proses penyelidikan dalam penegakkan hukum. Herman mengatakan Tokopedia akan memberikan data apabila ada surat dari pihak berwenang, misalnya kepolisian.
Herman mengatakan CEO Tokopedia William Tanuwijaya memiliki moto bahwa Tokopedia harus mementingkan keamanan data untuk menjaga kepercayaan pengguna. Herman mengatakan William mengatakan sangat sulit untuk mengembalikan kepercayaan pengguna.
"Pak William punya moto, dia bilang apa dia bilang getting trust from customer is hard. Retaining trust is even harder. Maka itu perlindungan data sangat penting bagi kita," kata Herman.
Herman menjelaskan Tokopedia juga turut mengikuti aturan pemerintah terkait perlindungan data pribadi. Ia mengatakan Tokopedia akan mendukung program pemerintah perihal perlindungan data pribadi.
"Kita selalu sejalan sama regulasi pemerintah. Kalau ada program pemerintah untuk menguatkan proteksi data konsumen di Indonesia, Tokopedia sangat mendukung," ujarnya.
Sebelumnya, Komisi I DPR RI mengatakan perusahaan-perusahaan digital yang sering membakar uang merupakan perusahaan kedok bagi perusahaan analisis big data.
Perusahaan mulai dari aplikasi ride-hailing, e-commerce, dompet digital, hingga layanan streaming digital mendapat keuntungan dari data-data pola perilaku konsumen yang dikumpulkan.
Pada awal 2019, Bukalapak juga mengalami peretasan oleh peretas Pakistan, Gnosticplayers. Peretas mengklaim telah meretas puluhan situs web populer termasuk salah satunya Bukalapak.
Gnosticplayers mengungkapkan ada 13 juta akun Bukalapak yang telah diretas dan dijual di Dream Market, sebuah situs jual beli di dark web.
Namun, Bukalapak membantah klaim tersebut. Saat itu, Head of Corporate Communication Intan Wibisono memastikan tidak ada data penting pengguna yang berhasil didapatkan peretas.