Direktur Utama TVRI Helmy Yahya baru saja diberhentikan dari jabatannya oleh Dewan Pengawas TVRI. Dia pun membela diri dengan menggelar konferensi pers pada Jumat (17/1/2020).
Salah satu alasan pemberhentian Helmy Yahya sebagai Direktur Utama TVRI adalah berkaitan dengan rebranding yang dilakukan lembaga penyiaran publik itu.
Dalam surat Dewan Pengawas TVRI Nomor 8/DEWAS/TVRI/2020, disebutkan bahwa terdapat ketidaksesuaian rebranding TVRI dengan rencana kerja yang ditetapkan dalam Rencana Kinerja Tahunan (RKT) dan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian dan Lembaga (RKAKL).
Hal ini sesuai Keputusan Dewan Pengawas TVRI Nomor 5 Tahun 2018 tentang Penetapan Rencana Kerja dan Sebagainya.
*Baca juga: Dicopot dari Dirut TVRI, Helmy Yahya Jelaskan Pembiayaan Liga Inggris *
Lebih keren
Menanggapi hal tersebut, Helmy Yahya mengatakan justru rebranding yang dilakukan membuat TVRI lebih keren dan kekinian.
"Mereka (Dewan Pengawas) bilang ada ketidaksesuaian, anggarannya ke mana, sebenarnya tidak. Rebranding itu yang membuat TVRI keren," ujar Helmy dalam konferensi pers, Jumat (21/1/2020).
"Bukan saja mengganti logo, tetapi apakah anggarannya ada yang tidak sesuai? Sangat sesuai walaupun rebandring itu tidak ada di anggaran," kata Helmy Yahya.
Helmy mencontohkan, dirinya ingin mengganti seragam karyawan dengan logo baru dan bertanya terlebih dahulu kepada Direktur Keuangan, apakah ada anggaran untuk membuat seragam baru.
Hal yang sama juga dilakukan untuk melakukan rebranding logo terhadap mobil-mobil dinas TVRI.
Kemudian, dia juga bertanya mengenai ada tidaknya anggaran untuk peluncuran mengenai rebranding tersebut dengan mengadakan konser.
"Saya tahu jawabannya ada (anggaran), oke tanggal 29 Maret kami bikin konser, topiknya rebranding. Oh perlu aktivitas promosi above the line, below the line. Saya tanya berapa dana promosi, (dijawab) 'Ada, Pak Helmy, mainkan'," kata dia.
"Jadi tidak ada satu pun yang tidak sesuai. Apakah terjadi penyimpangan? Tidak, soalnya kalau menyimpang pasti disemprit BPK," ujar dia.
Tidak hanya itu, Helmy Yahya juga menjelaskan tentang re-run program non berita di TVRI.
Pada 2019, program re-run atau penayangan kembali di TVRI hanya sekitar 45 persen, lebih kecil dari tahun 2017 saat pertama kali Helmy masuk ke TVRI yang tercatat sekitar 55 persen.
Ia mengatakan, anggaran program TVRI kecil dibandingkan stasiun televisi swasta yang mencapai Rp 1 triliun hingga Rp 2 triliun.
TVRI, kata dia hanya memiliki anggaran program sebesar Rp 132 miliar.
"Kalau Anda bagi Rp 132 miliar dibagi 365 hari dibagi 22 jam, sebenarnya kami dapat biaya program per episode Rp 15 juta. Bayar Soimah (aktris) pun tidak cukup," kata dia.
"Kami putar otak ini dan dari dulu selalu terjadi re-run karena biaya program itu kurang. Kami sudah fight, terus ditambah sedikit-sedikit sama Menteri Keuangan. Sebelum kami masuk, re-run itu ya 55 persen, setelah kami masuk, 2018 re-run itu berkurang menjadi 49 persen dan 2019 tinggal 45 persen," ucap Helmy.
Helmy mengatakan, untuk mengusahakan hal tersebut dirinya pergi ke luar negeri untuk merayu banyak TV publik di sana.
Hal itu pula yang menyebabkan TVRI akhirnya mendapat banyak hibah mulai dari film kartun hingga drama yang tayang saat ini.
"Kami juga membeli program-program Discovery. Katanya mahal, tidak tuh! Discovery cuma 800 dollar atau Rp 12 juta. Kalau kita bikin sendiri dengan mutu kayak begitu, saya tidak tahu berapa (biaya yang dibutuhkan)," kata dia.