Kepolisian Republik Indonesia ( Polri) mengimbau masyarakat untuk tidak mudah percaya informasi yang disebar melalui SMS blasting. Menurut Kepala Subdit 2 Dittipidsiber Bareskrim Polri Kombes Rickynaldo Chairul, hampir semua SMS yang disebar teridentifikasi palsu. "Tidak ada yang asli, palsu semua SMS blasting, enggak ada (yang benar)," ujar Rickynaldo Chairul di Kantor Divisi Humas Mabes Polri, Senin (23/12/2019). Ricky mengatakan, apabila warga menerima SMS blasting terkait tawaran mengenai bank misalnya, disarankan untuk tidak ditanggapi.
Menurut dia, warga lebih baik langsung berhubungan secara kontak fisik apabila ingin melakukan pelayanan. Hal itu dilakukan guna menghindari terjadinya penipuan online. "Sekarang kalau Anda berhubungan dengan bank, lebih bagus dateng ke bank saja deh, untuk menghindari orang-orang yang mengaku-ngaku dari bank atau orang-orang yang mengaku menjual barang," kata dia. Ricky mengatakan, sindikat kejahatan siber biasanya terlebih dahulu memelajari mekanisme kerja sebuah perusahaan untuk melancarkan SMS blasting. Itu dilakukan supaya dapat meyakinkan ketika mendapat respons dari calon korban. Menurut dia, pelaku biasanya melakukan pencarian mekanisme kerja melalui jejaring internet. "Dari hasil browsing ada nama perusahaan, dari situ pelajari tata cara bisnis, prosesnya, apa saja di dalam perusahaan itu. Sehingga bisa ngomong bahwa dia bsa menawarkan jasa," kata dia.
Sebelumnya, Dittipidsiber Bareskrim Polri mengamankan empat sindikat kejahatan siber asal Sulawesi Selatan beromzet Rp 100 juta hingga Rp 200 juta per bulan. "Omzetnya mencapai Rp 100 juta hingga Rp 200 juta per bulan," ujar Subdit 2 Dittipidsiber Bareskrim Polri, Kombes Pol Rickynaldo Chairul di Divisi Humas Mabes Polri, Senin (23/12/2019). Keempat pelaku antara lain Rahman (28), Sandi (25), Herman (34), dan Taufik (32). Keempatnya berasal dari Pare-Pare, Sulawesi Selatan. Adapun masing-masing pelaku memiliki tugas berbeda, seperti Rahman yang berperan sebagai penyebar SMS blasting. Kemudian, Sandi sebagai bendahara atau pemegang uang hasil kejahatan. Lalu Herman dan Taufik sebagai marketing. Ricky mengatakan, dalam melancarkan aksinya, para pelaku mengatasnamakan pekerja perusahaan kredivo, PT Finaccel Digital Indonesia (FDI). Para pelaku tersebut mengirimkan SMS blasting melalui sim card yang terpasang di 94 buah modem ke nasabah PT FDI dengan mengirimkan sejumlah penawaran. Baca juga: Bocor Lagi, 267 Juta Data Pengguna Facebook Diduga untuk SMS Spam dan Penipuan Seperti penawaran investasi mata uang asing, pembelian barang online, investasi elektronik, alat musik, hingga penambahan limit pinjaman mencapai Rp 30 juta hingga Rp 50 juta. "Akibat tindakan para pelaku, PT FDI mengalami kerugian mencapai Rp 500 juta," kata dia. Keempat pelaku sendiri diamankan pada 7 Desember 2019 di tiga tempat berbeda, yakni Sidrap, Wajo, dan Pare-Pare. Para pelaku sudah berkecimpung dalam dunia kejahatan siber sejak tiga hingga empat tahun terakhir. "Motif pelaku yaitu penipuan pinjaman online untuk kebutuhan ekonomi," ucap dia.
Sumber: https://nasional.kompas.com/read/2019/12/24/06323971/polri-sms-blasting-palsu-semua-jangan-percaya