Pembangunan jembatan lengkung LRT di kawasan Kuningan, Jakarta, punya beberapa tantangan, di antaranya terkait dengan efek torsi.
"Karena saat ada beban bekerja di tengah bentang jembatan termasuk berat struktur boksnya sendiri, akan timbul efek torsi yang besar sekali," kata ahli jembatan Institut Teknologi Bandung (ITB) Iswandi Imran.
Iswandi mengatakan torsi disebut juga sebagai puntiran. Struktur boks jembatan berotasi atau memutar ke bawah terhadap sumbu horisontal yang menghubungkan kedua pier (tiang jembatan) utamanya. "Seperti kalau kita memeras air dari baju saat mencuci," ujar guru besar ITB di Kelompok Keahlian Rekayasa Struktur itu, Sabtu, 8 Desember 2019.
Dampak efek torsi itu mengakibatkan terjadi tarikan pada salah satu sisi sambungan struktur boks dan pier. Solusinya dengan menerapkan sistem prategang di sambungan itu. Kalau terjadi kekurangan dalam konstruksinya, "Jembatan tidak stabil dan tidak berdiri seperti sekarang."
Menurut Iswandi, beban torsi akan terus bekerja sepanjang hidup jembatan tersebut. Long span itu pun menanggung beban jembatan, beban operasional kereta nantinya termasuk beban misalnya saat terjadi gempa. Berbagai risiko seperti itu sudah diperhitungkan, diantisipasi dengan rancangan yang komprehensif, termasuk metoda pelaksanaannya.
"Ini tentunya sudah memenuhi standar minimum suatu rancangan jadi diharapkan tidak ada kekhawatiran terkait keamanan jembatan," ujarnya.
Pembangunan jembatan lengkung LRT Kuningan itu dilakukan oleh kontraktor Adhi Karya. Rancangannya buatan Arvila Delitriana alias Dina, lulusan S1 dari Teknik Sipil dan S2 Geoteknik ITB 2003. Pemerintah meresmikannya 11 November 2019 dan menyatakan long span itu sebagai yang terpanjang di dunia.
Jembatan lengkung bertipe box girder beton dengan radius lengkung 115 meter itu mempunyai bentang utama sepanjang 148 meter. Beban pengujian pondasinya mencapai 4.400 ton. Pembangunan jembatan dimulai dari masing-masing pier utama yang bergerak ke tengah. "Bayangkan kalau misalnya proses pelaksanaannya tidak dilakukan secara seksama, itu nggak ketemu nantinya, bisa dapat dua jembatan kita," kata Iswandi.
Cara seperti itu konsekuensi dari pembangunan jembatan tanpa pier di tengah sehingga tidak perlu mengganggu lalu lintas di bawahnya. Jembatan lengkung LRT itu mengangkangi tiga lapis jalan di bawahnya yaitu flyover, jalan at grade dan underpass.
Sumber: tekno.tempo.co