PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) tengah fokus untuk melakukan transformasi bisnis berupa digitalisasi. Diharapkan transformasi ini dapat menurunkan biaya operasional perseroan dan mendongkrak laba di tahun mendatang.
Meski demikian, Direktur Utama BRI Sunarso menjamin tak ada Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) pada pegawai bank berpelat merah tersebut.
"Tidak ada PHK gara-gara pelaksanaan digitalisasi," ujar Sunarso di Ruang Rapat Komisi XI DPR RI, Jakarta, Rabu (27/11).
Sunarso melanjutkan, para pegawai yang terdampak digitalisasi itu nantinya mendapatkan penugasan lain yang tidak bisa dilakukan oleh mesin, seperti menjadi penyuluh.
"Pekerjaan yang bisa diambil mesin akan dilakukan mesin, tapi sumber daya manusia yang sudah ada, akan jadi pendamping atau penyuluh digital banking kepada masyarakat," jelasnya.
Adapun proses digitalisasi tersebut akan dilakukan BRI pada tahun depan. Hal ini juga untuk menekan biaya layanan maupun risiko operasional yang masih tinggi.
"Kita ingin melakukan transformasi digital dengan investasi ke Teknologi Informasi dan transformasi culture, tujuannya agar fit dengan digital," kata dia.
Dalam kesempatan tersebut, Sunarso juga memaparkan rencana kerja perseroan pada 2020 yang ingin meningkatkan produktivitas dan mendorong UMKM naik kelas.
Dengan upaya ini, Bank BRI menargetkan laba bersih tumbuh 10-11 persen, meningkat dari proyeksi laba bersih tahun ini 8-9 persen.
Sementara pada segmen penyaluran kredit, BRI menargetkan tumbuh hingga 11 persen di 2020. Target ini juga lebih tinggi dari prognosa tahun ini yang hanya berada pada kisaran 9-10 persen.
Sejalan dengan pertumbuhan kredit, BRI juga terus berupaya dalam menjaga rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) 2,4-2,5 persen di 2020, tercatat menurun dari target 2019 yang sebesar 2,5-2,65 persen.
Sumber: kumparan.com