Berdiri sejak Agustus 2017, pertumbuhan bisnis penyedia layanan dompet digital OVO kini telah berkembang pesat. Hingga pertengahan 2019, jumlah pengguna OVO telah mencapai 115 juta orang.
Bahkan berdasarkan laporan CB Insights bertajuk The Global Unicorn Club, valuasi OVO pada tahun ini telah mencapai USD 2,9 miliar atau sudah berstatus unicorn. Adapun status unicorn disematkan pada startup yang valuasinya di atas USD 1 miliar.
Namun di tengah perkembangan penggunanya yang pesat, Lippo Group selaku pemilik malah menjual sebagian saham OVO. Sebenarnya isu ini telah beredar sejak sebulan terakhir, namun hal itu baru diungkap oleh Pemilik Lippo Group, Mochtar Riady.
Berikut poin penting mengenai Lippo Group jual saham OVO yang dirangkum kumparan, Jumat (29/11):
1. Lippo Group Jual 2/3 Saham
Mochtar Riady, pendiri sekaligus pemilik Lippo Group, mengungkapkan jika perusahaannya telah menjual dua pertiga saham dompet digital OVO.
"Bukan melepas, kami menjual sebagian. Sekarang (saham) kami mungkin tinggal 30 persen. Dua per tiganya kami jual," kata Mochtar Riady seperti dikutip dari Antara dalam acara Digital Conference 2019 di Jakarta, Kamis, (28/11).
2. Lippo Tak Kuat Terus Bakar Duit
Menurut Mochtar, Lippo Group, yang merupakan pemegang saham utama OVO, menjual kepemilikan saham karena tidak kuat memasok dana dengan layanan gratis, diskon, hingga cash back untuk pelanggan.
"Alasannya, terus bakar uang. Bagaimana kami kuat?" kata Mochtar.
OVO memang sangat aktif memberikan promosi diskon dan cash back untuk menjaring pengguna, sejak dompet digital itu mendapatkan lisensi uang elektronik (e-wallet) pada 2017.
OVO disebut menjadi penantang kuat Gopay, dompet digital milik Gojek, di pasar layanan uang elektronik.
Rumor Lippo Group melepas saham OVO memang sudah ramai sejak sebulan terakhir. Namun, kabar tersebut sempat dibantah Presiden Direktur OVO, Karaniya Dharmasaputra.
"Kami adalah perusahaan independen yang dikelola oleh manajemen profesional. Mana mungkin OVO berpisah dari pendirinya," kata Karaniya.
Dia mengaku telah berdiskusi panjang lebar dengan Direktur Lippo Group, John Riady, mengenai pengembangan perusahaan ke depan dan banyak diberikan masukan serta dukungan terhadap berbagai upaya pengembangan bisnis perusahaan.
Menurut Karaniya, promosi berbentuk cash back dan pemberian fasilitas lain merupakan hal yang biasa di dunia startup saat ini sebagai bentuk edukasi kepada masyarakat.
Karaniya mengatakan OVO adalah perusahaan penyedia layanan keuangan digital yang didirikan, dirintis, dan dikembangkan oleh Lippo Group. Saat ini, para pemegang sahamnya sudah sangat beragam, seiring meningkatnya kinerja dalam dua tahun terakhir.
3. Lippo Group Masih Akan Dukung OVO
Kabar bahwa Lippo Group melepaskan kepemilikan dari OVO diluruskan oleh pihak Lippo. Perusahaan milik Mochtar Riady tersebut menegaskan akan tetap menjadi bagian dari OVO.
Presiden Direktur Multipolar/Direktur Lippo Group, Adrian Suherman menegaskan Lippo terus berkomitmen mendukung pertumbuhan dan perkembangan OVO sebagai perusahaan fintech e-money Indonesia.
"Sebagai pendiri OVO, kami tentunya akan selalu aktif mendukung dan menjadi bagian dari perkembangan OVO," kata Adrian, dalam siaran pers, Kamis (28/11).
OVO adalah perusahaan penyedia layanan keuangan digital yang didirikan, dirintis, dan dikembangkan oleh Lippo Group. Menurut Adrian, sebagai bagian dari pemilik OVO, Lippo Group membuka peluang bagi mitra untuk mendukung OVO agar dapat tumbuh dan berkembang.
Komitmen Lippo Group, kata dia, dengan membawa mitra baru adalah agar OVO terus dapat meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat.
Adrian memastikan bersama para pemegang saham lain, Lippo tetap merupakan bagian dari OVO dan selalu mendukung kemajuan OVO yang berkembang pesat hanya dalam dua tahun.
Saat ini, OVO merupakan startup unicorn kelima di Indonesia. Dia memastikan Lippo terus mendukung upaya pemerintah, BI, dan OJK meningkatkan inklusi keuangan di Tanah Air.
"Kami adalah pendiri dan tetap menjadi pemegang saham dari OVO dan bangga untuk dapat terus menjadi bagian dari sebuah usaha, yang telah menjadi aspek penting dari keseharian masyarakat Indonesia," ujarnya.
Sumber: kumparan.com