Viralnya berita obat kanker bajakah tunggal, membuat obat tradisional Suku Dayak ini diburu. Ratusan orang setiap hari mendatangi SMA 2 Palangka Raya untuk menanyakan soal khasiat tanaman ini langsung ke peneliti dan guru pembibingnya.
Di kota Palangka Raya, akar tanaman hutan yang biasanya tidak banyak yang jual, sekarang ditawarkan Rp 50 ribu sampai Rp 100 ribu per batang.
Bahkan di situs jual beli online Buka Lapak dan Tokopedia, ada pedagang menawarkan Rp 2 juta, itu pun pembeli harus menunggu. "Ini produk PO/pesan dulu baru disiapkan karena kita masih proses angkat dari hutan mengeringkan 3-5 hari," tulis pemilik lapak.
Namun penjual lain di situs itu menawarkan bajakah dengan harga puluhan ribu sampai ratusan ribu rupiah.
Akar bajakah tunggal menjadi viral setelah penelitinya, tiga siswa SMAN 2 Palangka Raya yaitu Anggina Rafitri, Aysa Aurelya Maharani dan Yazid Rafly Akbar, mendapat penghargaan dalam sebuah lomba ilmiah di Korea Selatan.
Penjual akar bajakah dadakan di bilangan Jalan RTA Milono Km 6, Kota Palangka Raya mulai bermunculan, Kamis (15/8/19). (Foto Antara/Istimewa).
Tanaman bajakah ini sebenarnya sudah turun temurun digunakan untuk pengobatan oleh Suku Dayak. Menurut peneliti di Laboratorium Kimia Bahan Alam Pusat Penelitian Biologi LIPI Ahmad Fathoni, bajakah memiliki kandungan senyawa aktif antioksidan yang berlimpah.
"Kandungan senyawa pada tumbuhan Bajakah adalah fenolik, steroid, tannin, alkaloid, saponin, terpenoid, hingga alkaloid. Senyawa aktif antioksidan yang berlimpah membuatnya mampu menjadi penawar radikal bebas," ujar Fathoni.
Namun untuk bisa diakui sebagai obat, Fathoni berujar, bajakah perlu melewati uji pra klinis (melalui serangkaian uji hewan percobaan) hingga uji klinis (pengujian ke manusia) terkait aspek keamanan dan khasiat. Sehingga grade obat tradisional (jamu) meningkat menjadi bentuk sediaan obat herbal terstandar maupun sediaan fitofarmaka.
Sumber : Tempo.co