Game FPS (First Person Shooter) pertama buatan anak bangsa, Manguni Squad, ternyata pernah hampir dibeli oleh salah satu perusahaan di Amerika dengan nilai US$80 ribu atau setara dengan Rp1,1 miliar. Namun tawaran itu ditolak oleh Kreator Manguni Squad, Ardian Infantono.
"Pulang dari acara Katapel yang diinisiasi Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), kami menerima email dari perusahaan luar, mau membeli game kami. Ada juga yang menawar berbagi lisensi. Tapi kami tolak. Bukan masalah itunya (tawaran) kurang, tapi konsep ini masih berjalan," katanya kepada VIVA, di Hotel Double Tree Jakarta, Selasa, 16 Juli 2019.
Manguni Squad merupakan permainan berbayar di Android. Nama Manguni diambil dari nama burung di Minahasa, Sulawesi Utara. Burung ini mirip dengan burung hantu yang memiliki penglihatan tajam saat di kegelapan dan tetap senyap saat menangkap mangsa.
Ardian yang memiliki jabatan mayor di TNI Angkatan Udara ini juga memasukkan unsur kepolisian 'turn back crime' dalam permainan.
Gamer seolah-olah menjadi polisi untuk menumpas kasus kejahatan, seperti bandar narkoba, pembuat hoaks, terorisme, sindikat perdagangan gelap hingga penyelundupan.
"Kami juga suntikan aspek nusantara, seperti lokasi Candi Borobudur, Monumen Nasional, Candi Prambanan, Gua Gajah dan masih banyak lagi. Nama polisinya juga sengaja dibuat lokal banget, kayak Widodo, Si Pitung, Wayan," ujarnya.
Awalnya permainan ini bernama Manguni Squad Petarung yang rilis pada Agustus 2018. Kemudian saat diajak bergabung dengan Bekraf, tim berjibaku menambah cerita di dalam permainan menjadi 19, dari yang sebelumnya hanya sembilan.
Baru sekitar tiga bulan hadir di Play Store, jumlah pengunduh Manguni Squad sudah melebihi 40 ribu. Pengguna didominasi dari wilayah Sumatera dengan persentase 20 persen, dilanjutkan dengan Kalimantan sebanyak 15 persen.
Ardian juga mengklaim ada beberapa negara di luar Indonesia yang telah mengunduh permainan ini. Setelah di Tanah Air, downloader terbanyak berikutnya ada di Amerika dengan jumlah sekitar 7.000.
Sumber : VIVA.CO.ID