Belum kenyang kalau belum makan nasi. Itu merupakan salah satu
kalimat yang paling sering kita dengar di Indonesia. Namun, rupanya ini
bukan sesuatu yang aneh.
Menurut ilmuwan dari Institut Nasional
Ilmu Fisiologis Jepang, keinginan untuk terus melahap karbohidrat
sebenarnya datang dari dalam otak.
Mereka berkata bahwa hal itu
karena neuron atau sel saraf yang dapat merespons stres sosial sedang
aktif dan membuat nafsu makan bertambah.
Hasil penelitian ini
diharapkan dapat membantu mengalihkan keinginan mengonsumsi karbohidrat,
makanan manis, atau makanan cepat saji yang tidak sehat.
Sebelumnya,
mereka melakukan uji coba pada tikus. Mereka membuktikan bahwa tikus
dengan neuron yang aktif dapat mengonsumsi makanan tinggi karbohidrat
dengan kecepatan tiga kali tikus dalam kondisi normal. Selain itu, tikus
juga mengurangi separuh asupan makanan berlemak tinggi.
"Ini
adalah penelitian pertama yang menunjukkan bagaimana otak memainkan
peran dalam preferensi untuk karbohidrat atau lemak," ujar Yasuhiko
Minokoshi, ilmuwan yang memimpin penelitian, dikutip dari AFP, Jumat
(19/1/2018).
Minokoshi berkata bahwa manusia pada umumnya memang
memilih makanan berdasarkan selera dan keadaan gizi tubuh. Namun,
mekanisme pasti yang terlibat di dalamnya adalah sebuah misteri.
"Banyak
orang yang setelah makan banyak permen saat stres cenderung menyalahkan
diri karena tidak dapat menahannya. Tapi, seandainya mereka tahu kalau
itu karena neuron, mungkin tidak akan sulit untuk mengendalikan diri
sendiri," sambungnya.
Namun, Minokoshi berkata bahwa masih sulit
menerapkan temuannya untuk memperbaiki pola makan manusia. Pasalnya,
sekadar menekan neuron yang memiliki banyak peran penting bisa memicu
efek samping.
"Jika kita bisa menemukan molekul tertentu dalam
neuron dan menekan sebagian aktivitasnya, kita bisa mengurangi makan
berlebihan dari makanan yang tinggi karbohidrat," jelasnya.
Sumber : https://today.line.me/id/pc/article/Belum+Kenyang+Kalau+Belum+Makan+Nasi+Itu+karena+Otak-5Xo3jr