Somalia merupakan salah satu negara yang terletak di Afrika Timur. Negara ini merupakan negara termiskin ke-5 di dunia dengan pendapatan per kapita US$ 600 atau sekitar Rp 7.800.000 per kapita. Sementara Indonesia masih mencapai angka US$ 3.346 atau 5 kali lebih banyak dari Somalia.
Namun jangan salah, meski pendapatan per kapita Somalia terbilang kecil, hampir semua keluarga di Somalia 'kaya' akan uang. Ya, masing-masing rumah tangga memiliki segepok Uang Shiling yang lantas diperjualbelikan di pasar. Namun banyaknya uang tersebut tak menolong terlalu banyak karena tingkat inflasi di Somalia sudah terlampau tinggi.
Adalah pasar Hargesia yang menjadi tempat jual beli uang Shiling. Penjualan segepok uang ini bisa diibaratkan dengan berjualan sayur atau buah. Harga US$ 1 dapat ditukar hingga 7.000 Shiling. Terlihat lebih mahal dari Rupiah memang namun karena uang beredar di masyarakat terlalu banyak, Shiling Somalia tak lagi memiliki daya beli.
Peredaran uang yang terlalu banyak ini berasal dari ketaiadaan bank sentral yang mengatur kebijakan moneter Shiling Somalia. Maka dari itu, warga dengan leluasa dapat mencetak uang mereka sendiri dan menukarkan uang tersebut di Pasar Hargesia dengan mata uang yang memiliki nilai lebih tinggi.
Terlepas dari keunikan pasar uang yang seringkali dijuluki Wall Street-nya Somalia, negara yang merdeka pada tahun 1991 ini memiliki sistem pembayaran mobile yang lebih maju. Mulai dari gaji hingga SPP, semua dibayar cashless dan tentu saja dengan mata uang Dollar.
Hingga saat ini, pemerintah Somalia berusaha keras untuk membangkitkan nilai tukar mata uang Shiling Somalia. Mungkin salah satu cara yang dapat ditempuh adalah membentuk bank sentral dan tidak membiarkan setiap orang mencetak mata uang sendiri?
Sumber : KapanLagi.com