Emmanuel Macron kini resmi mengambil alih pemerintahan Prancis dari tangan Francois Hollande. Minggu (14/5) waktu setempat, Macron dilantik sebagai presiden termuda Prancis setelah Napoleon.
Macron (39) tiba di Istana Elysee di pusat Paris dalam pengawalan sepeda motor dan berjalan melewati karpet merah di bawah hujan ringan dan disambut Hollande. Sementara itu, istrinya, Brigitte, datang terpisah.
Pengawalan ketat dikerahkan sepanjang upacara pelantikan berlangsung. Maklum, setahun terakhir Prancis sering jadi target teror kelompok radikal Negara Islam Irak dan Syam (ISIS).
Dilansir dari The Guardian, Macron nantinya akan melakukan pertemuan pribadi dengan Hollande yang mana dia akan memberikan kode untuk meluncurkan senjata nuklir Negeri Menara Eiffel tersebut.
Dia juga akan menghadiri upacara di depan ratusan politisi dan tamu undangan, yang mana hasil resmi pilpres akan dibacakan.
Pada akhir upacara, tembakan penghormatan juga diberikan dari rumah sakit militer sampai ke sisi lain Sungai Seine. Macron juga nantinya akan berkendara ke Arc de Triomphe untuk meletakkan karangan bunga di makam para tentara.
Sebagai presiden baru, Macron akan menghadapi sejumlah tantangan, yakni menanggulangi angka pengangguran tinggi, memerangi kekerasan dan menyatukan kembali negara itu.
Sebab, selama lima tahun memimpin, pertumbuhan ekonomi pada masa pemerintahan Hollande lamban. Ditambah berbagai serangan teror menewaskan lebih dari 230 orang.
Di pemerintahan Hollande pula, Macron naik dari dunia investasi perbankan menjadi penasihat dan kemudian menteri ekonomi.
"Saya tidak menyerahkan kekuasaan kepada lawan politik, hal ini jauh lebih sederhana," ungkap Hollande pada Kamis lalu.
Upacara pelantikan Macron dijaga ketat oleh sekitar 1.500 petugas polisi. Mereka ditempatkan di dekat istana kepresidenan dan Avenue des Champs-Elysees. Para petugas keamanan ini juga memblokir jalan-jalan sekitar tempat pelantikan Macron dilaksanakan.
Merdeka.com