City Radio - Sebagai salah satu pemeran penting dalam kemajuan Pembangunan Indonesia dan Dunia umumnya, para mahasiswa sebagai penerus bangsa harus dilibatkan dalam seluruh sektor. Mulai dari perencanaan strategis hingga pembangunan itu sendiri. Tak luput juga soal invetasi.
Dahulu, hanya sedikit mahasiswa yang mengetahui dan ikut serta dalam Pasar Modal, namun seiring berjalannya waktu minat mahasiswa turut andil dalam Pasar Modal sudah mulai kelihatan. Meskipun diakui masih kecil jumlah mahasiswa yang ikut dalam Pasar Modal. Namun hal ini diharapkan dapat menjadi penggerak dalam peningkatan jumlah mahasiswa yang masuk ke Pasar Modal.
Kepala Kantor Perwakilan Pusat Investasi Pasar Modal (PIPM) Bursa Efek Indonesia Wilayah Medan, Muhammad Pintor Nasution mengatakan untuk meningkatkan jumlah mahasiswa dalam berinvestasi di Pasar Modal, pihaknya terus melakukan sosialisasi dan pembukaan Gerai Pasar Modal di sejumlah Universitas di Sumatera Utara.
“hingga saat ini baru seribuan mahasiswa di Sumut yang masuk ke Pasar Modal. Ditargetkan pada tahun 2014 ini akan ada penambahan 600 mahasiswa lagi yang meramaikannya, sehingga jumlah mahasiswa yang ikut ke Pasar Modal lebih dari 2000 orang,” ungkapnya.
Rendahnya jumlah mahasiswa yang ikut serta dalam Pasar Modal, bukan hanya karena pemahaman mereka yang kurang, namun juga karena ribetnya syarat dan ketentuan yang harus dipenuhi juga karena hanya sedikit sekuritas yang melirik potensi mahasiswa.
“potensi mahasiswa kita besar, kini pihaknya tengah berkoordinasi dengan sekuritas agar mempermudah pengikut sertaan mahasiswa yang belum memiliki penghasilan tetap dengan meniadakan NPWP,” katanya.
Saat ini mahasiswa lebih menggemari berinvestasi di Reksadana dan Saham. Selain lebih menguntungkan dengan tingkat keuntungan yang relative besar, juga karena mudah dan murah. “kalo di Reksadana dan Saham kan semuanya dikelola oleh Maneger Investasi dan para Investor tidak perlu memantau market setiap harinya,” jelasnya.
Namun begitupun, Pintor menambahkan yang harus di fahami adalah Reksadana dan Saham juga memiliki resiko kerugian cukup tinggi. Selain itu, para investronya juga tidak bisa mengatur kerugian dan tidak berhak meilih saham yang bagus.
Sementara itu, salah seorang Mahasiswa Universitas Medan Area, Ahyuni mengatakan dirinya mengikuti reksadana karena rekomendasi dari temannya. Alasan dirinya mengikuti Reksadana, selain untuk berinvestasi, juga karena banyak keuntungan mulai dari proteksi diri yang diberikan secara gratis serta keuntungan yang mencapai 200 persen selama 5 tahun dan 400 persen selama 8 tahun.
“saya ikut reksadana sejak bulan april lalu di PaninDai-ichi, preminya Cuma Rp. 500.000 sebulan,” ungkapnya.
Saat ditanya mengenai pemahaman tentang Pasar Modal, Ahyuni sebenarnya tidak mengetahui secara mendalam, hanya saja dirinya tau jika dia membayarkan premi tersebut setiap bulan selama 5 tahun, maka dirinya dapat mengambil keuntungan hingga 2 kali lipat.
“saya nggak ngerti soal Pasar Modal apalagi yang dikelola sendiri seperti IHSG gitu, makanya saya Cuma tau bayar tiap bulan dan di tahun kedelapan saya untung 2 kali lipat,” simpulnya.
Ekonom Sumatera Utara, Gunawan Benjamin menilai rendahnya minat mahasiswa yang ikut serta dalam Pasar Modal selain karena kurangnya sosialisasi juga karena minat dan pemahaman mahasiswa yang rendah.
“sulit memang membentuk pola piker mahasiswa kita yang maju, apa lagi pola piker masyarakat kita saat ini masih traditional, disitu ada arang, disitu ada uang,” tutupnya. (Tri Kurniawan/Medan)